T |
idak terbayang oleh kita, bahwa salah satu burung yang memilikiusia yang sangat panjang adalah burung rajawali, hingga 70 tahun bahkan melebihi rata-rata hidup manusia indonesi. Namun untuk mencapai usia yang panjang tidak sangatlah mudah. Di usia burung rajawali yang ke 40 tampak tejadi perubahan di dalam dirinya yang secara tidak langsung menurunkan produktifitasnya. Cakarnya yang tadinya mampu menggapai dan mencengkram dengan kuat, kini sudah bengkok akibat terlalu panjan. Paruhnya yang biasanya bias merobek mangsanya agar bisa dinikmati, kini sudah melenkung sehingga sulit untuk makan. Demikian pula bulu-bulu yang ada dipunggungnya, yang sudah mulai menebal dan tidak merata. Semua perubahan ini membuat sang rajawali sulit untuk makan, sulit untuk terbang tinggi bahkan mengalami kesulitan melawan sesamanya rajawali jantan ketika musim kawin tiba. Sepintas, tampak rajawali gagah perkasa, beribawah dan tetap memiliki tatapan yang tajam namun sudah tidak produktif lagi.
Dalam situasi seperti ini, sang rajawali dihadapkan dengan dua pilihan :mati atau bersedia menghadapi perubahan yang menyakitkan atas inisiatif sendir. Pilihan yang sulit, namun harus dipilih, bahkan ketika tidak memilihpun sang rajawali akan tetap akan mati dalam waktu yang tidak telalu lama. Rajawali akhirnya memilih tetap hidup, dengan cara melakukan perubahan yang sangat menyakitkan, tapi itulah pilihan yang harus diputuskannya demi kelangsungan hidupnya. Lalu, burung rajawali terbangt kepuncak gunung terjal dimana dia bersemayang dan akan tinggal disana melakukan tranformasi selama 150 hari (5 bulan). Langkah pertama yang dilakukan adalah memukul-mukul paruhnya yang sudah bengkok tadi ke bebatuan yang ada disana agar terlepas. Proses mematahkan paruhnya ini sangat dramatisdan menyakitkan dan mengeluarkan darah. Menurut sang rajawali, “gara-gara paruh yang bengkok ini saya tidak bisa makan dengan baik”. Setelah paruhnya lepas, rajawalipun menunggu beberapa hari hingga paruh yang barunya muncul dan tumbuh. Setelah paruhnya yang baru tumbuh lengkungan yang baru, maka diapun mencabuti setiap cakar-cakarnya yang sudah bengkok tadi satu demi satu. Proses mencabuti kuku cakar ini membutuhkan waktu yang lebih lama dari mencabuti paruhnya. Sangat menyakitkan, dan setiap jari kuku mengeluarkan darah. Lalu, rajawali menunggu beberapa hari lagi, agar seluru kuku-kuku cakarnya tumbuh dengan sempurna. Setelah kedua organ tubuh tersebut tumbuh, kemudian sang rajawali mencabuti bulu yang ada di saya dan punggungnya. Membuat dia tidak lincah untuk menangkap setiap peluang yang ada.
Banyak orang yang berpikir “hidup ini mengalir saja” hingga semakin tua, semakin tidak produktif karena tidak pernah mengoreksi dan melakukan tranformasi untuk kehidupan yang lebih baik, banyak orang makin lama semakin tidak produktif, justru semakin menurun karena tidak pernah menganalisa diri dan tergantung dengan orang lain, untuk menutupi kelemahanya, dia tampil dengan wibawa yang arogan dan sangat otoriter.
Ketika mencermati perubahan burung rajawali, dulu mungkin “paruh” (komunikasi) kita masih mudah merubah orang lain, apa yang kita ucapkan mampu menggugah orang lain untuk merubah dan melakukan sesuatu yang lebih baik, ketika melakukan suatu pekerjaan “cengkraman” kiya (cekatan kerja) begitu luar biasa, sehingga dalam waktu singkat pekerjaan dapat terselesaikan. Namun tidak demikian sekarang karena faktor umur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar